Perilaku
pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi di mana konsumen mempunyai
keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar merek.
Contoh, garam. Konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah dalam kategori
produk itumereka hanya pergi ke toko kemudian mengambil satu merek.
Jika
mencari merek yang sama, itu hanya karena kebiasaan bukan karena kesetiaan
terhadap merek tertentu. Konsumen tampaknya mempunyai keterlibatan yang rendah
terhadap produk yang harganya rendah dan yang secara teratur dikonsumsi.
Dalam
kasus tersebut, perilaku pembelian konsumen tidak melalui jalur
keyakinan-sikap-perilaku yang biasa. Konsumen tidak mencari secara luas
informasi merek, mengevaluasi karakteristik merek, dan memutuskan secara serius
merek apa yang akan dibeli.
Mereka
secara pasif menerima informasi pada saat melihat televisi atau membaca
majalah. Pengulangan iklan menciptakan kebiasaan terhadap suatu merek (brand
familiarity) bukannya keyakinan merek (brand convicition). Konsumen
tidak membangun sikap yang kuat terhadap sebuah merek, mereka memilih merek
karena merek itu dikenal.
Karena
mereka tidak terlibat secara kuat dengan produk tersebut, konsumen tidak
mengevaluasi pilihan setelah pembelian. Oleh karena itu, proses pembelian
tersebut melibatkan keyakinan merek yang dibentuk oleh pembelajaran pasif,
diikuti oleh perilaku pembelian yang diikuti atau tidak diikuti oleh evaluasi.
Karena
pembeli tidak terlalu tergantung pada merek tertentu, pemasar produk dengan
keterlibatan rendah dan perbedaan antar merek yang sedikit terkadang
menggunakan harga dan penjualan promosi untuk mendorong percobaan suatu produk.
Dalam mengiklankan produk dengan mendorong keterlibatan rendah, baunyi iklan
harus menekankan hanya pada sedikit hal yang penting tertentu.
Symbol
dan imajinasi visual merupakan hal yang penting karena hal itu mudah diingat
dan diasosiasikan dengan merek. Kampanye iklan harus mengandung pesan pendek
yang berulang. Televisi biasanya lebih efektif dari pada media cetak karena
televisi merupakan media dengan keterlibatan rendah yang cocok dengan
pembelajaran secara pasif.
Perencanaan
iklan harus didasarkan pada teori pengkondisian klasik, di mana pembeli belajar
mengidentifikasi produk tertentu melalui simbol yang melekat padanya. Pemasar
bisa berusaha mengubah produk keterlibatan rendah menjadi produk keterlibatan
produk dengan menghubungkan produk tersebut dengan isu-isu terkait. Procter
& Gamble melakukan ketika dia menghubungakn pasta gigi Crest dengan
penghindaran gigi berlubang.
Atau
produk dapat dihubungkan dengan sejumlah kondisi pribadi. Nestle melakukannya
dengan serangkaian iklan untuk kopi Taster’s Choice, setiap iklannya
menggunakan episode mirip opera sabun yang berisi tentang dua orang tetangga
yang terlibat asmara. Hasil terbaiknya adalah strategi itu dapat menaikkan
keterlibatan konsumen dari tingkat rendah menjadi sedang. Akan tetapi, strategi
itu cenderung tidak mendorong konsumen ke keterlibatan tinggi.
Posting Komentar